Sang kumal....
Ternyata pagi tak selalu membawa wangi
Duduk Disudut pekat
lalu menerawang hingga enyah terbuang
sang kumal...
Ketika bayaran harus selalu mahal dengan apa yang didapatkan
Waktulah yang akan menghitung langkah berlalu yang telah
dibayar
Lalu sepoi meneriakkannya ke entah berantah dunia
Sang kumal..
Hingga embun itu habis menguap dimakan pergantian
Mentari menggumam sepi
Lalu dimanakah bulan-bulan indah ketika ia tiba dipersada
alam
Ternyata kaku menyeringat
Ia malu pada cahaya ...
yang ia minta hanya ketika gelap tiba
dan pagi tiba hanya untuk mengakhiri semua hal yang masih ia
tawar
sang kumal...
ketika pagi, menyingsing fajar
cahaya kembali
tapi tak semua menjadi terang...
*********************
lalu sang kumal hanya ringkih,
duduk selonjoran ditepi runcingnya ilalang
ia bersembunyi ditabir liar ketika pagi menjadi mimpi indah
bagi semua orang
ia menari dipekat ujung malam ketika gulita menjadi mimpi
buruk bagi semua orang
sang kumal lalu menoleh melihat dunia yang sangsi
diperaduan yang tak bisa dijangkau kecuali dengan mata hati
yang bersih
lalu, menertawakan ukuran dari 2 bola kaca yang buram
“apa yang bisa manusia itu, lihat dengan itu???” sang kumal
mengguman...
Hanya kaca buram, berbidang besar lalu menjual semua hal
dengan keterlaluan mahal
Sang kumal menerawang dipekat...
Untukmu yang pergi mulai darisini
luluh lantakkan2 bola kaca yang buram itu
Melihat dunia yang sangsi dengan ukuran yang juga sangsi
Sampai-sampai kau hampir mati tertelan caci
Yang tidak akan selasai, jika kau tak memulaiuntuk berhenti..
Maukah pendopoh ini terus sangsi seperti ini???
Lalu dimana kau akan menemukan pagi yang benar-benar bersih tanpa kelit basa-basi
Lalu dimana kau akan menemukan pagi yang benar-benar bersih tanpa kelit basa-basi
Kembali sang kumal bergumam...
Untukmu yang terhempas sedari pagi ini
2 bola kaca itu hanya hiasan bualan yang manis
Dipermak begitu santun tapi tak pasti mengukur
Hancurkan saja ia...
Lalu gunakan beningnya seonggok daging yang Tuhanmu titipkan
untuk mengukur apa-apa yang pantas kau perjuangkan
Sang kumal masih duduk ditepian hari, menyeruput pekatnya
pagi
Saat hidup harus memaksa berganti
Yah.. untukmu yang sudah terlalu lelah menawar kelamnya pagi
Mari tetap berdiri, Mari kita semai
Melihatlah dengan hati bukan hanya dengan aliby yang hampir-hampir basi
Melihatlah dengan hati bukan hanya dengan aliby yang hampir-hampir basi
****************************************
Untukmu yang ku bagi dengan hati saat hari menyongsong pagi
Untukmu yang masih menanti untuk sebuah pagi yang wangi
Dengan mahar seribu pagi yang mati
Lalu melambai bersama pekat yang abadi^^D.A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar