Powered By Blogger

Rabu, 11 Juni 2014

Karena seyogyanya rindu adalah.....


Karna seyogyanya rindu adalah....
Tempatmu menyemai kekuatan ketika sepertinya kenyataan akan membuatmu patah arang....
Karna seyogyanya rindu adalah
Jembatan untukmu membagi peluh tentang apa-apa yang membuatmu tegar dibelakang lalu....
Karna seyogyanya rindu adalah
Persemaian tentang asa yang kau genggam erat bersama apa yang telah digariskan....

Karna seyogyanya rindu adalah
Rumah yang paling damai yang menghembuskan pengertian yang benar tentang apa itu bertahan.....
Karna seyogyanya rindu adalah
Wadahmu menyemai kenangan lalu berbuah menjadi impian
Karna seyogya rindu adalah…
Apa yang kau percayakan lalu hanya kau gantungkn kenyataan yang akan terjadi didepan, hanya kepada satu-satunya yang berdaulat memutuskan
Karna seyogyanya rindu adalah…
Atas nama rasa yang dianugerahkan begitu indah, maka syukuri ia dengan tak sekali-kali berkhianat
Atas nama rasa yang telah begitu indah dihadiahkan tetap semai dalam doa malam yang panjang, walau luka menyayat yang nyerinya tak kenal teriakan ampun....
Atas nama jalan mahabba yang telah Rabbmu gariskan tetaplah percaya bahwa apapun yang terjadi Dia takkan meninggalkanmu, tugasmu hanya percaya dan tak perlu adalagi sakit untuk orang-orang yang tanpa sadar telah meninggalkan bekas luka yang terlampau dalam untukmu.....
Karna seyogyanya rindu bukan milik pecundang yang hanya menangis karna kesakitan, yang hanya menangis karna takut kesunyian yang menggemingkan…
Rindu itu milik mereka yang selalu menunggu kapan hadiah maaf itu bisa segera ia rilis, ia bungkus dengan tulus lalu segera ia hambur ke wajah-wajah yang tanpa rasa bersalah pernah menghardiknya remuk sampai ke tulang belulang.....
Karna seyognya rindu bukan milik pesakitan yang hanya tahu rumus yang harus ia keluarkan agar permainan ini bisa selasai tanpa pakaiannya kucel karna noda yang kotor.....
Karna seyogyanya rindu itu milik orang-orang yang berani jatuh lalu bangkit dan menyematkan rindunya hanya kepada orang yang pantas, walau ia hanya memilikinya dihari kemarin lalu...
Karna rindu hanya milik orang yang mengerti bagaimana menjaga apa yang pernah dia miliki.....
Karna seyogyanya rindu adalah milik mereka yang tak pernah ragu bahwa ALLAH itu selalu BAIK**
***********************************
Semoga angin mendengar gemaan rindunya,
wahai jiwa yang hilang dan tak lagi bisa tertemukan….
taukah,ada yang masih Berdiri menahan
Masih setia menyaksikan
tak pernah berhenti menyemai,sampai rindu itu menggema hingga batas tak hingga..
***********************************
Titipkan gemaan rindu untuk yang pergi dan nihil akan kembali...
sambutlah gemaannya wahai langit!!!!!!!….
Autumn ^^12-juni-2014 Diperaduan Indahnya pagi

Sabtu, 07 Juni 2014

“Sang kumal”


Sang kumal....
Ternyata pagi tak selalu membawa wangi
Duduk Disudut pekat
lalu menerawang hingga enyah terbuang
sang kumal...
Ketika bayaran harus selalu mahal dengan apa yang didapatkan
Waktulah yang akan menghitung langkah berlalu yang telah dibayar
Lalu sepoi meneriakkannya ke entah berantah dunia
Sang kumal..
Hingga embun itu habis menguap dimakan pergantian
Mentari menggumam sepi
Lalu dimanakah bulan-bulan indah ketika ia tiba dipersada alam
Ternyata kaku menyeringat
Ia malu pada cahaya ...
yang ia minta hanya ketika gelap tiba
dan pagi tiba hanya untuk mengakhiri semua hal yang masih ia tawar
sang kumal...
ketika pagi, menyingsing fajar
cahaya kembali
tapi tak semua menjadi terang...
*********************
lalu sang kumal hanya ringkih,
duduk selonjoran  ditepi runcingnya ilalang
ia bersembunyi ditabir liar ketika pagi menjadi mimpi indah bagi semua orang
ia menari dipekat ujung malam ketika gulita menjadi mimpi buruk bagi semua orang
sang kumal lalu menoleh melihat dunia yang sangsi
diperaduan yang tak bisa dijangkau kecuali dengan mata hati yang bersih
lalu, menertawakan ukuran dari 2 bola kaca yang buram
“apa yang bisa manusia itu, lihat dengan itu???” sang kumal mengguman...
Hanya kaca buram, berbidang besar lalu menjual semua hal dengan keterlaluan mahal
Sang kumal menerawang dipekat...
Untukmu yang pergi mulai darisini
luluh lantakkan2 bola kaca yang buram itu
Melihat dunia yang sangsi dengan ukuran yang juga sangsi
Sampai-sampai kau hampir mati tertelan caci
Yang tidak akan selasai, jika kau tak memulaiuntuk berhenti..
Maukah pendopoh ini terus sangsi seperti ini???
Lalu dimana kau akan menemukan pagi yang benar-benar bersih tanpa kelit basa-basi
Kembali sang kumal bergumam...
Untukmu yang terhempas sedari pagi ini
2 bola kaca itu hanya hiasan bualan yang manis
Dipermak begitu santun tapi tak pasti mengukur
Hancurkan saja ia...
Lalu gunakan beningnya seonggok daging yang Tuhanmu titipkan untuk mengukur apa-apa yang pantas kau perjuangkan
Sang kumal masih duduk ditepian hari, menyeruput pekatnya pagi
Saat hidup harus memaksa berganti
Yah.. untukmu yang sudah terlalu lelah menawar kelamnya pagi
Mari tetap berdiri, Mari kita semai
Melihatlah dengan hati bukan hanya dengan aliby yang hampir-hampir basi
****************************************
Untukmu yang ku bagi dengan hati saat hari menyongsong pagi
Untukmu yang masih menanti untuk sebuah pagi yang wangi
Dengan mahar seribu pagi yang mati
Lalu melambai bersama pekat yang abadi^^D.A


Senin, 02 Juni 2014

“Bekas Biru”

Aku Tertegun.......
Kembali nafas tak bisa ku atur
Aku hanya melihat gelap, lalu duduk dilorong sunyi yang panjang.
Seperti  klon....
Bekas itu sama
Ku lihat dikiri bayang sebelah pintu
Seperti diklon
Sebab,mengapa biru itu hadir
Dan lagi aku seperti tak mampu berdiri
Lumpuh...
Ku yakinkan diri  mungkin aku salah, maka ku timpali
Tapi lagi, aku harus puas dengan kebenaran yang tidak hanya persepsi
Aku bisu.....
Disini terlalu kacau
Ku ikat khayal yang mulai menerawang agar aku cepat sadar
Untuk memilah jalan ini kah yang salah atau mereka yang tiada daya
Tiada daya melawan serigala yang berbicara melalui mulut domba yang manis
Disini terlalu bingar terlalu banyak klon serigala yang menggigit buas sampai remuk
Hanya karena  alasan rasa
Dan akhirnya....
Aku hanya bisa mendekap lutut
Kembali bermain bersama aliran air
Serasa mati....
Disini semua gelap
Sebab biru yang membekas terlalu pekat
##############################################
Dan lagi, aku hanya mampu mendekap lutut....Semoga aku tak patah arang
@Disebuah pagi.....
dipetak persegi 4 putih ini...

Minggu, 01 Juni 2014

"Mendung nan teduh sore itu....."

Aku duduk memalingkan kepala. Sedari tadi sibuk mencari hiburan. Sudah terlalu penat disini. Ku langkahkan kaki menuju  tribun atas mencari hiburan baru, jika tidak ku dapatkan paling tidak aku bisa pingsan karena disini terlalu pengap. Terus saja, ku buat keributan biar senyum lebar bisa terukir di wajahku yang sejak tadi diberi penghargaan dengan sebutan kucel. Lama bermain-main  akhirnya tak ada lagi yang asyik. Masih saja ku coba berdamai dengan hatiku. Tunggu sedikit lagi gumamku dalam-dalam. Cukup lama berselang, akhirnya doa dibacakan. Doa itu digemakan  untuk kami yang masih setia menunggu. Menimpali doa hanya  dengan selaksa kata amiiiiiin dengan bersahut-sahutan.

Masih belum selesa estafet amin-aminan itu  aku kembali akut,bosan. Tak lama gemaan doa itu merendah. Ritme amin menjadi hanya bagai tetes gemiris yang mengalun lambai. Aku tertegun. Lalu ku coba bersandar disalah satu punggung,disebelah dudukku. Aku menoleh. Dan semakin tertegun hebat. Ada sosok yang ku tangkap melalui dua lensaku. Dia sosok yang tak asing bagiku, tapi akhir-akhir ini lama tak ku temui. Entah di ruang petak  bernama sekret ataukah saat berkumpul –kumpul  menghabiskan hari ataukah saat duduk bermajelis bermakna, sosoknya jarang ku dapati. Tapi kali ini aku melihatnya tidak jauh dari tempatku bersandar. Ku tatap lamat-lamat aku semakin kerangjinan. Terlalu bahagia merekam sosoknya sore ini. Dia duduk menengadah tangan lalu teduh berucap amin, disaat semua orang hanyaa memberi muatan kata amin dengan tekanan yang terlalui sepoi. Ataukah ada yang hanya sibuk dengan urusan dakwah yang harus segera diselesaikan menurutnya. Hingga tak lagi sempat mengucap amin yang teduh dikesempatan doa kali ini. Aku enggan berhenti menatapnya. Bathinku berperang disatu sisi ingin doa itu diucap berlama-lama agar teduh itu tak cepat pergi. Tapi disatu sisi yang lain aku ingin segera diselesaikan  agar bisa cepat ku hampiri ia. Akhirnya doa selesai tanpa ku sadari. Aku beranjak.Agar memberi kesan bersabahat ku rangkul ia dari belakang. Ia sentak kaget. Aku bertanya kabarnya dan mengobrol-ngobrol  ringan. Entah kebahagiaan macam apa yang hadir tapi aku ingin berlama-lama bersamanya.
Biar ku panggil ia dengan sebutan Mendung nan teduh. Sampai ketika tulisan ini ku buat sosoknya masih terbayang-bayang. Taukah kau mengapa?. Karna ia berharga. Mengapa ia berharga?. Taukah kau karna ia sederhana. Apa yang membuatnya sederhana?. Itulah mengapa ku kiaskan dirinya dengan “Mendung nan teduh”. Yang mungkin penampakannya tak terlalu ramah, diajak ngobrol juga tidak selalu bisa menciptakan tawa. Tapi ia langka, tak selalu nampak tapi teduh membawa pesan. Tak perlu selalu hadir tapi ia diam mendobrak. Tak perlu memajang nama distruktur organisasi tapi hadir menginspirasi. Melalui lisannyalah salah satu  pintu terbuka u/ jalan masuknya dakwah dihati-hati  profesor sejawat.  Lalu aku melihat diriku, menilisik hatiku, apa yang aku punya tidak ada apa-apanya. Hanya dengan lari-larian ataukah menekan tuts reportase lalu aku bisa bangga. Ataukah besok-besok jadi pemimpin, bicara depan umum, mengatur tindak tanduk dakwah lalu aku bisa congkak. Puas hanya dengan sering hadir,bangga karna aku bisa berbaur ramai disetiap moment. Bangga aku dikenal banyak teman seperjuangan, ataukah besok-besokakan sering memberi pemaparan, menjadi orang yang selau didengar karena posisi. Lalu apa? Aku siap mencaci diriku.
Dia disore ini mengajarku tentang apa sebenarnya berkorban dan bekerja ikhlas itu. Istiqomah dalam diam tanpa koar-koar. Yah.. dia mendung nan teduh tak perlu selalu ceria tapi ia teduh membawa makna tentang apa itu dakwah. Tidakperlu  menjadi matahari yang selalu menyinari, tapi tak balik menoleh. Bahwa ternyata ada yang legam dan sudah hampir-hampir hangus terbakar karena  panas yang ada dalam dirinya. Atau kah salju yang terlalu dingin membekukan,hingga tulang pun remuk dan hanya mampu  menjadi es yang hambar tanpa rasa. Tidak ada harganya. Dia sore ini mengajarkanku tentang apa itu berjuang dengan tulus karna  cinta kepada Rabb semata. Yang walau tak semua orang mampu membaca suramnya mendung tapi ia bisa memaknai hujan jauh lebih indah dari orang yang mengakuinya.
========================================================================
Yah hari ini aku belajar, tentang takaran yang tak pernah bisa kau temukan disepenggal kata “Ana uhibbukifillah”

**teruntuk kau yang ku cintai karna Allah. N.A

Taukah,kau jauh lebih dari titanium. Ajari aku hay Mendung nan teduh ;-)