Biarkan semusim berlalu menunggu kabar sebisanya..
Lalu pagi ku nikmati dengan kabut-kabut tebal
Dingin memenjarakanku..
Menelisik hingga belulang hampir roboh..
Menelisik hingga belulang hampir roboh..
Ku genggam benda berwarna hitam persegi panjang, ada pesan
disana..
Denyutku berlomba menghabiskan detik-detik pagi
Aliran air begitu deras tak mampu ku tahan
Pagi ini aku kehilangan 2 perempuan berharga...
Yang belum sempat ku balas cintanya
Dan yang belum sempat ku habiskan ceritaku bersamanya
Alirku semakin deras..
Yah hari ini aku kehilangan 2 perempuan berharga
Yang tak lelah mendekapku untuk mengeja bahwa aku harus jadi anak yang baik
Dan yang penuh semangat mengajarkan indahnya menjadi
plegmatis yang cerdas
Yah hari ini 2 perempuan berharga meninggalkanku
Yang selalu sabar saat tak henti ku buat onar
Dan yang mendorongku untuk bangkit dengan berbisik bahwa aku
adalah gadis yang kuat
Yah hari ini aku kehilangan 2 perempuan berharga
Padahal ceritaku belum habis....
Padahal aku masih bandel
Masih cengeng
Masih..
Dan banyak “masih” yang tak bisa lagi ku hitung...
Lalu biarkan semusim berlalu
Hingga nanti ku dapati kalian tersenyum..
Tersenyum..
karena semusim, kita pernah menghitung waktu bersama
menghabiskannya...
dan membagi alurnya menjadi kisah-kisah yang kita bingkai indah..
karena semusim, kita pernah menghitung waktu bersama
menghabiskannya...
dan membagi alurnya menjadi kisah-kisah yang kita bingkai indah..
Pagi ini ada anak-anak sungai mengalir dari hulu bola mata
Biarkan..
biarkan ku nikmati jejak-jejak arusnya dahulu...
biarkan ku nikmati jejak-jejak arusnya dahulu...
**Untukmu yang paling nyambung diajak ngobrol, yang berikrar
menungguku di Kota Pendidikan
**Untukmu yang takkan
lagi ku panggil Musrifah.. berharganya bersamamu takkan mampu diganti oleh siapapun
nanti..
“Ana Uhibbukum fillah” biar ku kirim dalam doa yang penuh
cinta :’( .....
Autumn 10-oktober-2014