Dakwah adalah aktivitas mulia yang dulunya diemban oleh Rasulullah kemudian estafetnya berlanjut kepada para sahabat-sahabat beliau. Jika kita menelisik lebih jauh terkait perjuangan Rasulullah maka tidaklah kita bisa menyimpulkan bahwa dakwah Rasulullah dalam menyebarkan dien yang mulia lagi luhur ini berjalan mulus tanpa hambatan seperti jalan tol yang bebas macet. Namun perjuangan beliau dihiasi onak dan duri dalam menapaki langkah perjuangan ini tiada henti. Beliau tak pernah mengenal kata lelah dalam berjuang. Tak pernah letih berusaha memikirkan agar nafas dakwah ini tetap berhembus dan terhunus. Maka beliau mengerahkan seluruh tenaga dan pikiran untuk mengatasi dan menyelesaikan berbagai rintangan yang berpeluang menjadikan pasifnya dakwah kedepan. Beliau tak henti berusaha demi memahamkan masyarakat terkait dengan agama ini, agama yang merupakan agama yang baru bagi orang-orang arab kala itu.
Sebagai seorang pengemban dakwah maka seyogyanya tekad yang kita punya haruslah sekuat baja. Senantiasa siap dengan segala cacian dan makian yang mungkin terlontar dari mulut orang-orang yang justru ingin kita dakwahi. Dari lisan orang-orang yang ingin kita bawa kembali pada dien yang lurus ini.
Mari belajar dari sosok seorang Utsman bin Affan ra. Pada saat perang tabuk meletus. Bisakah kita membayangkan ia seorang diri membekali seluruh pasukan perang dengan senjata, perlengkapan, bekal, kuda, dan kebutuhan logistiknya. Padahal jumlah pasukan saat itu lebih dari 10.000 personil. Seperti itulah kesungguhan para sahabat dalam mengusung amanah dakwah. Tidak dengan kondisi hati yang setengah-setengah. Tapi mereka melakukannya dengan totalitas berangkat dari landasan iman yang kokoh dan menghujam kuat di hati-hati mereka. Selain utsman yang heroik, kita juga harus belajar dari seorang Mus'ab bin Umair ra seorang pemuda tampan yang ketika Islam telah merasuk di relung jiwanya. Ia senantiasa mempersembahkan hal yang terbaik untuk agama Allah yang mulia ini. Sangking tak tanggung-tanggungnya beliau bekorban demi dakwah ini ia hanya berpakainan dengan memakai baju tambalan. Baju tambalan sepanjang hidupnya hingga saat tiba kematiaannya. Sepanjang hidup Mus'ab bin Umair, beliau selalu menghadiahkan sumbangsih terbaikknya untuk Islam dibidang dakwah dan jihad. Beliau adalah da'i Islam pertama di Madinah. Beliaulah yang menjadi muasal gelombang hidayah yang begitu besar akhirnya menimpa penduduk Madinah. Sosoknya lah yang menjadi peletak batu pertama bangunan Daulah Islamiyah di kota Madinah.
Seperti itulah gambaran bagaimana Rasulullah dan para sahabat dalam berjuang, mereka memiliki tekad yang kuat pantang menyerah. Sebagai pejuang islam mereka senantiasa berusaha untuk bermaksimal diri dalam setiap lembar-lembar dakwah yang teruntai mulia. Dengan potensi yang mereka miliki mereka tak sedikitpun gentar, tak secuilpun rasa takut yang hadir ketika mereka diminta untuk mempersembahkan pengorbanan yang tak sedikit. Lihatlah Abu bakar ra, lihatlah Umar Bin khattab berapa banyak harta yang mereka keluarkan demi keberlangsungan dakwah Rasulullah. Tak tanggung-tanggung berkorban apapun jua. Berkorban dari keseluruhan apa yang mereka punya. Lihatlah betapa mereka begitu amanah dalam menjalankan dakwah ini. Sebab mereka paham jalan ini bukanlah tempat untuk sekedar bersenda gurau belaka. Bukan untuk sekedar bermain-main lalu saat lelah tiba siapapun bisa pergi kapan saja dengan mudahnya. Sungguh jalan ini bukan tempat untuk hanya sekedar pemenuhan kecerdasan atau ajang meningkatkan tingkat intelektualitas. Jalan ini sama sekali bukan tempat menyemai istilah anak muda zaman sekarang, “baper-baperan”. Tapi jalan perjuangan ini menuntut kita untuk fokus pada target jauh ke depan. Target yang mampu melampaui batas kemampuan kita sesungguhnya. Lihatlah mereka, tidakkah kita ingin seperti mereka?. Yang dengan semua yang mereka miliki, mereka persembahkan tanpa sisa demi tegaknya dien ini.
Selayaknya, setiap kita yang mengaku sebagai seorang muslim. Seyogyanya kita sebagai seorang yang telah mengikrarkan dirinya sebagai pengemban risalah. Hendaklah kita yang telah berjanji kepada diri untuk meneruskan perjuangan para nabi, sering-seringlah bertanya kepada diri setiap waktu. Telah berapa banyak waktu, tenaga, harta, serta pikiran yang kita gunakan, yang kita habiskan untuk memikirkan masa depan dien ini. Mari kita senantiasa membangun semangat yang tak habis-habis untuk terus berkobar, agar tak ada kelesuan dalam diri kita. Apalagi keengganan memikul amanah yang memang tidak ringan. Namun dengan kesungguhan maka semua itu mampu kita jalani dengan penuh keistiqomahan.
Semoga kita mampu untuk tetap tegak berdiri dalam barisan dakwah ini sampai Allah memanggil kita menghadap kepadaNya. Semoga kita tak gentar sedikitpun untuk memastikan bahwa kita akan selamanya berada di jalan ini hingga saatnya jasad kita berpisah dengan ruh. Semoga kelak kita akan dipertemukan dan dikumpulkan bersama dengan orang-orang yang kita cintai. Saling menyapa di JannahNya, bertemu sosok yang paling agung, manusia paling luhur di semesta. Manusia terbaik yang pernah tercipta dimuka bumi ini baginda Rasullullah SAW beserta para sahabatnya. Semoga beliau mendapati kita sebagai umatnya yang konsisten berjuang melanjutkan perjuangan beliau terdahulu. Hingga tibalah masanya harap paling tinggi akan segera tertunai, Rindu yang paling indah, rindu yang membucah akan segera menemukan muaranya, saat tibalah kita diizinkan melihat wajah Allah azza wa jalla, Rabb semesta Alam. Tidakkah kita begitu rindu? Sungguh, tidakkah kita begitu rindu?. Semoga kita akan menuainya kelak. Maka tanamlah ia sedari saat ini jua agar tiada kata terlambat. Agar kelak kita akan memetik buahnya bersama, tentu saja buah yang manis lagi ranum.
Istiqomalah, sebab dakwah ini adalah aktivitas termulia didunia.
Salam kebangkitan islam, salam perjuangan.
*R.A/Az_K