Powered By Blogger

Sabtu, 31 Januari 2015

“Mengulang Mimpi..”



Pagi ini tertanggal rapi, bagian penghujung dari  segenap waktu
Habis mengurai
Aku masih lekat menyaksikan betapa kisah ini telah tertoreh diribuan episode
Masih dengan nanar, menawar-nawar kesepakatan
Sesungguhnya kita pun tak mngerti untuk apa mengejanya
Padahal hati kita sudah terlampau lama mengangkat tangan
Teriak “menyerah”
Apakah tameng itu terlalu sakral untuk diruntuhkan?
Padahal kita sama-sama mahfum bahwa hati adalah wadah yang samasekali tidak akan salah mengeja bait-bait kata yang tulus
Apakah keberlangsungan untuk menghidupi nyawa sendiri sudah menjadi harga mati
Lalu menjadi liar mengumpat dengan kata yang berdarah-darah
Hingga nyawa itu tak lagi tau seperti apa cahaya
Karena gelap sudah terlampau menggulita
Tanyalah ia, apakah tak adalagi harga akan ikrar terhadap mimpi-mimpi yang pondasinya telah kita bangun setengahnya???
Apakah tak ada lagi tempat untuk mengerti bahwa kita pernah menghilangkan sekat
Hingga, walau hari itu kita baru saling tahu tapi kita sepakat untuk tidak menjadi asing
Ataukah memang kata sepakat itu sudah habis masanya?
Hingga akhirnya mimpi itu terlunta-lunta..
Begitukah??
Tak usah kau jawab
Biar aku yang mendeklarasikannya
Karena aku akan tetap mengulang mimpi pada paginya
Pada siangnya
Pada senjanya
Pada malamnya
Pada semakin gulitanya pekat
Hingga pada fajar kembali untuk memberi pertanda pada kedatangan pagi lagi
Yah.. aku akan tetap mengulangnya walau dengan setengah pondasi yang belum selesai
Walau hanya dengan sejengkal bait
Tenanglah, aku akan mengulanngnya
Sebab nafasku dicipta untuk mencipta mimpi
Jika tak sempat menjadi nyata, setidaknya ia bisa menjadi warna dibait-bait puisi
Puisi yang ku bawa setiap kali, disemusim pagi
Autumn.1-feb-2015
Dikota yang masih menjadi kotamu saat ini, Entah esok....