Powered By Blogger

Selasa, 10 Maret 2015

Perempuan…



Aku perempuan dicipta dari sejajaran rusuk
Kita perempuan mengeja aksara yang dihampar didunia
Entahlah apakah garis tempat kita mengayun langkah adalah benar
Hingga meraba ujungnya belantara
dikemarau panjang yang meracau musim

Ahh sudahlah kau ini terlalu melankolis
Dunia itudicipta untuk meneguk tak terhingga kenikmatan
Untuk apa kau bertanyata tentang kebenaran
Sedangkan setiap belantara musim telah memberikanmu tontonan memuaskan
Nikmati ia sepuasnya lalu dahagamu akan kenyang,
 pertanyaanmu tak usah kau paksakan terjawab

bangun lalu saksikanlah, apakah yang kau cari kawan
lihatlah dunia tidak sedang mendiktemu untuk menjadi mahluk yang menghembus nafas sesuai fitrah penciptaNya
hidup ini dicipta bukan sedapatnya saja
bukan tentang seberapah banyak inginmu yang bias terpuaskan oleh maya-maya dunia
sungguh bukan tentang itu saja

lalu seperti apa,aku tersesat.. menurutmu????
mengais dibelantara hutan paling kelam
tertatih mendaki dibukit yang mengangksa
kakiku tak cukup kuat berlari aku terseok
meminum luka dari sumur-sumur nestapa
aku seperti menyesal tela dicipta, terlalu lemah menapak langkah
hey, kau yang hanya bias berceloteh


kau ini..terlalu polos
mencari sesuatu yang ribuan kitab pun tak bisa deklarasikan dimana keberadaan kebenaraan
kau sudah seperti filsuf yang gila karna mencari
berhentilah bertindak sepert I orang yang hidup seperti biksu-biksu jaman dulu
nikmati pesta, bukankah kau dahaga minumlah bir-bir kehidupan
lalu puaskan segala yang dimau birahi
dunia sudah menyiapkan kau tinggal mengambil gelas lalu teguk
sekarang jargon dunia adalah “ketika Kenikmatan menjadi Tuhan

ingin ku Tanya, lihatlah apakah kau bahagia
apakah jalan  yang kau pilih sempurna membawa kedamaian hati?
Ataukah ia sudah tak mampu bergumam sebab karatnya terlalu kelam
Hey kawan hidup itu diciptak untuk tengadah dan menyembah
Bukan congkak lalu ingkar padaNya
Taukah hakikat mengapa kau dicipta
Tak lain untuk berserah seluruh nafas dan jiwa hanya kepadaNya
Maka berhentilah dengan sesuatu yang menghinakanmu
Lalu pandanglah bahwa semua yang ia perintahkan adlah benar mendamaikan
Adalah benar cahaya yang harus kau genggam sekuat mu

Sabtu, 31 Januari 2015

“Mengulang Mimpi..”



Pagi ini tertanggal rapi, bagian penghujung dari  segenap waktu
Habis mengurai
Aku masih lekat menyaksikan betapa kisah ini telah tertoreh diribuan episode
Masih dengan nanar, menawar-nawar kesepakatan
Sesungguhnya kita pun tak mngerti untuk apa mengejanya
Padahal hati kita sudah terlampau lama mengangkat tangan
Teriak “menyerah”
Apakah tameng itu terlalu sakral untuk diruntuhkan?
Padahal kita sama-sama mahfum bahwa hati adalah wadah yang samasekali tidak akan salah mengeja bait-bait kata yang tulus
Apakah keberlangsungan untuk menghidupi nyawa sendiri sudah menjadi harga mati
Lalu menjadi liar mengumpat dengan kata yang berdarah-darah
Hingga nyawa itu tak lagi tau seperti apa cahaya
Karena gelap sudah terlampau menggulita
Tanyalah ia, apakah tak adalagi harga akan ikrar terhadap mimpi-mimpi yang pondasinya telah kita bangun setengahnya???
Apakah tak ada lagi tempat untuk mengerti bahwa kita pernah menghilangkan sekat
Hingga, walau hari itu kita baru saling tahu tapi kita sepakat untuk tidak menjadi asing
Ataukah memang kata sepakat itu sudah habis masanya?
Hingga akhirnya mimpi itu terlunta-lunta..
Begitukah??
Tak usah kau jawab
Biar aku yang mendeklarasikannya
Karena aku akan tetap mengulang mimpi pada paginya
Pada siangnya
Pada senjanya
Pada malamnya
Pada semakin gulitanya pekat
Hingga pada fajar kembali untuk memberi pertanda pada kedatangan pagi lagi
Yah.. aku akan tetap mengulangnya walau dengan setengah pondasi yang belum selesai
Walau hanya dengan sejengkal bait
Tenanglah, aku akan mengulanngnya
Sebab nafasku dicipta untuk mencipta mimpi
Jika tak sempat menjadi nyata, setidaknya ia bisa menjadi warna dibait-bait puisi
Puisi yang ku bawa setiap kali, disemusim pagi
Autumn.1-feb-2015
Dikota yang masih menjadi kotamu saat ini, Entah esok....