Ku rajut indahnya
pelangi ukhuwah
dalam bentangan warna-warni benang hidayah..
dalam bentangan warna-warni benang hidayah..
Berbicara mengenai ukhuwah mari awali dengan sebuah
ayat yang begitu menggugah dari Al
Qur’an yang suci:
“Dan yang mempersatukan hati mereka
(orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelajakan semua (kekayaan) yang
berada dibumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi
Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”. (QS.Al-anfal 8:63)
Dari ukiran kata yang terurai dari Firman agung di
atas, kita bisa mendeklarasikan sebuah kata tentang “ukhuwah” . ukhuwah adalah
ikatan hati yang dipersatukan oleh Allah, Rabb semesta alam. Dikatakan bahwa “Walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada dibumi, niscaya kamu tidak
dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati
mereka.”. ini bermakna bahwa benar-benar hanya Allahlah satu-satunya Dzat yang
bisa mempersatukan hati yang dulu bercerai, membina hubungan kasih sayang di
antara manusia-manusia yang beriman. Manusia-manusia yang bertemu di jalanNya
dan berjuang untuk kemuliaan Agamanya.
Ketika
berbicara tentang ukhuwah. Akan teringat kisah yang begitu menggugah hati.
Adalah kisah tentang kaum Anshar dan
kaum muhajirin yang dipersatukan oleh Allah dengan cara yang sempurna. Saling
menyayangi karena Tuhan mereka hingga akhirnya mereka diberikan kemuliaan untuk
saling mencintai. Bahkan mereka tanpa
ragu merelakan istri-istri mereka untuk diceraikan. Lalu dinikahkan kepada
saudaranya yang menginginkan istrinya. Sungguh masih adakah hari ini kita yang
begitu ikhlas merelakan hal yang kita sayangi untuk diberikan kepada saudara
kita. Itulah ukhuwah, kata yang sampai saat ini tak terdefinisi keindahannya.
Ada
satu ungkapan yang menarik ketika kita sibuk mencari-cari defenisi sempurna
tentang ukhuwah yang akan kita bina bersama saudara yang kita cintai. Bunyinya
seperti ini “ukhuwah itu adalah ketika kita mencitai saudara kita karena Allah
dan membenci karena Allah pula”. Mengapa seperti itu. Karena setiap hal yang
kita lakukan haruslah bentuk aplikasi iman kita kepada Allah termasuk membina
ukhuwah. Pertanyaannya kemudian yang seperti apakah “mencitai karena Allah dan
membeci karna Allah” itu?. Sudah dipastikan mencintai saudara kita tidak mentok
utuh karena perasaan saja. Ada hal yang kemudian harus ditinjau lebih lanjut.
Mencintai bukan berarti menuruti segala keinginan, ataukah menerima segala apa
yang ingin ia lakukan seenak-enaknya. Ketika itu terjadi dan kita tidak bisa
berbuat apa-apa saat jelas-jelas saudara kita berbuat maksiat dan melaksanakan
perintah Allah. Yakinlah representasi cinta kita kepadanya karena Allah tidak
tercermin sama sekali.
Maka
dari itu ukhuwah bukanlah ajang untuk hanya berbagi perasaan tapi kesempatan
kita untuk saling nasehat menasehati dijalan kebenaran. Ukhuwah bukan panggung
drama rasa cinta yang menundukkan ketaatan kita pada sang Maha pemberi cinta.
Apakah kita benar-benar mencintai saudara kita karena Allah, ketika kita
membiarkannya mandi berkubang dilumpur kemaksiatan. Hanya bisa diam tanpa mampu
memberi uluran tangan. Ketika saudara kita tertatih mencari cahaya dalam gelap.
Dan lagi-lagi kita hanya bisa diam. Bisu karena sibuk dengan perasaan cinta
kita yang konyol dan berdalih takut menasehatinya karena takut menyakiti
perasaannya.
Maka
hendaklah kita menempatkan rasa yang
agung nan suci itu sesuai dengan jalur yang ada. Jalur hidayah yang
sesuai dengan tuntunan syariah. Sehingga ikatan ukhuwah yang kita bangun adalah
ikatan yang kekal ketika ia diikatkan pada landasan yang kuat yaitu ikatan yang
terbina karena Allah SWT. Bukan pada akar yang rapuh seperti ikatan perasaan
yang hanya karena emosional saja ataukah ikatan yang didasari kepentingan
semata seperti kepentingan dunia yang maya.
Dalam
membina sebuah ikatan ukhuwah. Didalamnya kita akan berusaha sebisa dan sekuat
kita, untuk menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada. Bukan hal yang mudah untuk
dilakukan. Banyak yang harus kita pelajari dari menghapus segala bentuk “ego”
dan teman-temannya, tidak mendahulukan kepentingan pribadi kita, hingga kadang-kadang
mengalah adalah pilihan yang mesti sering kita ambil.Yah, itulah ujian persaudaraan
yang kadang akan membuat kita jauh lebih sering menuntut banyak berkorban tapi
tak usah khawatir bukankah ketika melakukannya ikhlas karena Allah, maka
yakinlah semuanya akan indah.
Bukankah
kita membangun ukhuwah itu diatas pondasi iman kepada Allah, maka seyogyanya
semua yang terjadi membuat kita bisa belajar. Dari belajar mengerti, belajar
bersabar sampai belajar menerima dan berkorban. Belajar memaafkan dan
merelakan. Yakinlah ukhuwah itu bak mentari pagi, selalu mendekap kita dengan
hangat saat berbagai bersamanya. Mentari pagi yang dijejali dengan embun hijau
yang sejuk, melegakan rasa hati yang terlalu
dahaga.
Memang
perlu perjuangan untuk tetap menguatkan ikatan itu agar tidak kendor. Bahkan
bukan hal yang mudah tapi bukan berarti itu tidak mungkin. Tak berarti “ikatan
persaudaraan” yang kita jalin mustahil untuk abadi. Kita sudah menyatukannya
karena Allah dan biarkan Allah pulalah yang menjaganya. Cukuplah Allah sebagi
pelindung. J
Dan
pada akhirnya mari kita sama-sama belajar. Belajar memberikan hangatnya berbagai dalam dekapan
ukhuwah. Dari pancaran sukma mentari hidayah. Maka ketika hidayah itu telah kau
dekap, dekaplah indah bersama saudara yang kau cintai karena Rabbmu. Bukankah
ukhuwah itu indah ukhtifillah???.
By:autumn.touchy